Kabupaten Bandung – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, Jawa Barat, mewadahi Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pelaku usaha snack (camilan) melalui peluncuran (launching) Gerobak B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman).
Kepala Bidang (Kabid) Konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispakan) Kabupaten Bandung, Haslili Lindayani L., mengungkapkan bahwa pihaknya menyediakan dua gerobak B2SA.
“Awalnya kami akan bagikan 31 gerobak untuk tiap kecamatan. Namun, karena anggaran kami terkena refocusing dampak pandemi Covid-19, akhirnya kami hanya menyediakan 2 buah saja,” terang Kabid dalam kegiatan Soft Launching Gerobak B2SA di halaman Kantor Dispakan di Soreang, 9 September 2020.
Kedua gerobak tersebut, menurut Linda, merupakan sarana promosi ragam snack yang mayoritas berbahan dasar modified cassava flour (mocaf), atau tepung ubi kayu yang dimodifikasi. “Pemasarannya juga dilakukan secara on-line (daring). Di sini ada cireng, brownies, sus dan kue-kue lainnya, semua dibuat dari mokaf, bukan tepung beras atau tepung terigu,” tuturnya.
Pihaknya mewadahi kreativitas para pelaku usaha snack di Kabupaten Bandung, dalam rangka memajukan usaha kuliner agar tetap produktif di tengah pandemi. Linda berharap, perangkat daerah (PD) Kabupaten Bandung dapat memanfaatkan gerobak itu untuk penyediaan snack dalam kegiatan di instansi masing-masing.
“Untuk rapat atau ragam kegiatan lainnya, penyedia kotak snack nya itu dari KWT dan UKM. Ini bisa mendukung PPH (Pola Pangan Harapan) Kabupaten Bandung yang masih di bawah ninety%. Mudah-mudahan ke depan kita bisa naikkan PPH, dengan mendorong konsumsi aneka kacang dan umbi-umbian. Tentu dengan penyajian produk olahan yang lebih menarik bagi konsumen,” ujar Linda.
Sementara itu Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bandung, H. A. Tisna Umaran, yang berkesempatan meninjau kegiatan itu, mendorong jajarannya untuk memanfaatkan keberadaan gerobak promosi tersebut. “Pemanfaatan produk lokal dalam program kegiatan pemda (pemerintah daerah), akan merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat secara langsung,” ucap Sekda.
Namun demikian Tisna mengimbau, agar dalam penyediaan kotak snack dalam suatu kegiatan, juga menyertakan produk-produk pertanian. “Jadi dalam satu kotak itu, isinya ada buah-buahan seperti pisang, salak, jeruk atau yang lainnya. Jangan didominasi sama kue-kue yang kandungan gulanya tinggi, karena dari sisi kesehatan itu kurang baik,” imbau Sekda.
Terkait rendahnya konsumsi aneka kacang dan umbi-umbian di Kabupaten Bandung khususnya, dia memandang masih banyak konsumen yang menilai ubi jalar sebagai makanan kampung.
“Konsumsi ubi kita masih rendah, sedangkan Hongkong malah membutuhkan komoditas ini dan mengimpor dari kita. Itu salah satunya karena ubi dijadikan bahan baku pembuatan es krim, kue dan makanan olahan lainnya. Makanya kita dorong kreativitas dalam pengolahan ubi ini, agar penyajiannya bagus dan produk lokal kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Sekda (bandungkab.go.id). []